Langsung ke konten utama

Sosok Wanita Sempurna Ku Ibu

 Tetesan keirngat yang rela dikeluarkan, kesabaran yang selalu mengiringinya tanpa kenal lelah , tak lupa doanya selalu mengiringi anak anak yang ia sayangi.

Sosok wanita tangguh paruh baya dengan ikhlas menggerakan seluru tenaga tanpa belas kasih. Kasih sayang tanpa batas seperti air lautan luas disamudera, yang tak terhitung berapa jumlahnya. Hatinya sekeras dan sekuat batu karang yang terhempas jutaan ribu kali oleh deras ombak. Ya, ia adalah sosok wanita sempurna yang ku kagumi ialah Ibu.

Wanita yang telah mengandung, melahirkan sekaligus membesarkan kita dengan seluruh tenaga yang dimilikinya. Berjuang dengan mempertaruhkan nyawa, menjaga agar kita tetap hidup dalam kandungan kurang lebih selama 9 bulan. 

Dari Rahim ibu kita mengenal dunia, melihat betapa silau cahaya matahari di luar sana, melihat keindahan semesta bukti dari kuasa Sang Pencipta.

Tidak sampai disitu, setelah lahir pun ibu masih menjadi orang yang selalu ada disaat apapun, bahkan dititik terlemah kita. Kata demi kata beliau ajarkan, bahkan sampai saat kita terjatuh pada masa kecil ibu dengan sabar membangunkan kita dengan senyum kecil yang keluar dari bibirnya. 

Dari kecil hingga dewasa ibu selalu ada, ibu mengajarkan banyak hal mulai dari kesabaran ketabahan hingga keikhlasan. Saat kita menginjak sekolah dasar, ibu dengan sabar mengantar kan hingga depan pintu kelas. Tak lupa ia lontarkan senyum kecil manisnya itu. 

Kebahagiaan anak baginya adalah segala – galanya. Ibu kerja siang dan malam hanya untuk sang anak memperoleh pendidikan setinggi – tingginya. Hingga ibu mulai beranjak tua, tapi ibu selalu memikirkan anaknya.

Ibu, sosok yang selalu ada dalam hati, tak ada yang dapat mencintai kita semulia ibu mencintai seorang anaknya. Tak lupa kita doakan ibu semoga panjang umur dan hal – hal baik selalu menyertainya. Hingga sang anak sukses. 

Ibu, terima kasih atas segala waktu yang telah terlewati, terima kasih atas segala keringat yang rela dikeluarkan saat kau rawat tubuh ini. 

Ibu, aku mencintaimu lebih dari apapun, hingga dulu, kini dan nanti.

Sehat selalu ibu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara pak Prof. Dr. Robert M. Z. Lawang

Rabu, 17 juni 2020, 13:25. Saya melakukan wawancara dengan Pak Prof. Dr. Robert M. Z. Lawang. Beliau adalah selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIP Widuri), namun wawancara kita ini melalui sebuah aplikasi Komunikasi WhatsApp dikarnakan suasana yang sekarang ini tidak mendukung yah. Sumber : Profil WhatsApp Penulis : Andryan Prasetia Prof.  Dr. Robert .M.Z Lawang Beliau adalah Guru Besar UI (Universitas Indonesia)   Mengembangkan dan  Mengamalkan Ilmu untuk Pengembangan Masyarakat Desa  Kepakarannya di bidang Sosiologi Modern dibuktikannya dengan berbagai  kegiatan pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan bidang tersebut, seperti  sebagai konsultan irigasi untuk Irrigation Service Fee (The World Bank) pada 1989- 1994, sebagai peneliti tentang konflik tanah di Manggarai (dengan Pemda Manggarai)  pada 1995, konsultan demografi (ADB Grant) pada 1997, serta sebagai konsultan untuk  Urban Air Quality (Grant ADB) pada 2006.  Prof. Lawang

Sejarah Tercetusnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1929

Setiap tahun pada tanggal 28 oktober, Indonesia memperingati hari sumpah pemuda. Tercetusnya sebuah sumpah yang diikrarkan para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Hari ini tepat 92 tahun lalu, berlangsungnya Kongres Pemuda II yang menjadi pemicu lahirnya Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda lahir dalam sebuah pertemuan yang disebut sebagai Kongres  Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 dan sebelumnya terjadi Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926. Sumpah Pemuda baru lahir dua tahun kemudian. Pada 1928, Moh Yamin menerbitkan sebuah kumpulan sajak yang baru berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Itu menunjukkan perubahan kesadaran para pemuda. Hasil dari kongres tersebut menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, Yakni : Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjo

Andai Aku Jadi Wartawan

Pasti kalian bertanya, kok judul nya “Andai Aku Jadi Wartawan”? ya memang judul nya dibuat kaya gitu dikarenakan sebuah cita – cita saya ingin menjadi wartawan jurnalish. Oh iya, kenalkan nama saya Andryan Prasetia. Saya seorang mahasiswa jurnalistik. Saya berkuliah di sebuah kampus di Jakarta STISIP Widuri. Mungkin ada beberapa orang yang bilang, kenapa jadi wartawan kerjaannya berat, iya memang semua profesi   tidak ada yang enak juga sih, semua profesi pasti memiliki kosekuensinya masing – masing. Tapi kalo saya piker – pikir jadi wartawan jurnalish itu seru loh, semisalkan kalian disuru ngeliput daerah papua bonus untuk kalian ya kalian keluar kota gratis hehe. Wartawan jurnalish, saya punya sedikit pengalaman yang kalo dibilang itu antara kesal tapi seru,. Kesal nya   kalo kita nyari narsumber itu susah susah gampang dan belum lagi kalo kita sudah dapat narasumber ketika kita Tanya jawaban nya itu ngeselin. Tapi seru nya kita jalan – jalan nyari sumber berita yang ada. And