Langsung ke konten utama

Opini Mahasiswa Tentang Daring

 


Selama masa pandemic ini, kita melakukan perkuliahan/meeting pekerjaan dengan daring. Daring dinilai sebagai solusi tepat, sebagian besar universitas dan sekolah menerapkan sistem belajar online atau virtual tanpa tatap muka langsung. Meskipun banyak beberapa keluhan.

Daring menurut kamus KKBI Kemendikbud, dari ng adalah akronim ‘dalam jaringan’, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Guru, dosen, siswa, dan mahasiswa kini melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring, termasuk pada saat pemberian tugas.

Berikut wawancara dengan beberapa mahasiswa :

Pertanyaan : 1. Apakah sistem daring/belajar online ini mempengaruhi perkuliahan anda?

2. Apakah kampus anda memberikan keringanan? Dan dari biaya yang anda keluarkan   menurut anda worth it atau tidak selama masa pandemic ini?

Glen surya David

Mahasiwa Universitas Esa Unggul

Berpengaruh, soalnya yang biasanya kita kuliah tatap muka di kampus, dapat pengajaranlangsung dari dosen sekarang kita jadi kaya ada sekat untuk memperoleh pendidikan itu lewat zoom, jadi kaya kurang dapet feelnya. Terus juga kita peraktik jadi kurang soalnya kita gabisa kekampus jadinya praktik harus diganti sama materi – materi sama modul – modul. Gitu deh kurang lebih.

Ada tapi ribet ngurusnya, ga worth it si menurut saya soalnya kan biaya semesteran termasuk juga biaya biaya praktik. Kita lagi kaya gini, gabisa praktik terus juga tidak bisa memakai fasilitas kampus, kita juga beli kouta sendiri, kalau dapat kouta dari pemerintah juga jarang – jarang jadinya kurang worth it aja si.


Muhammad rafi sunary

Mahasiwa Universitas Mercubuana

Pengaruh banget, apalagi buat tipe orang yang harus dengerin penjelasan orang lain dulu baru bisa paham materinya.

Tidak ada, menurut saya sig a worth it banget ya listrik rumah jadi sering di gunakan untuk daring, internet juga, terus dari pemahaman yang didapetin kurang. Apalagi fasilitas kampus yang udah include dipembayaran kita gabisa gunain.


Euis Nurlindawati

STIE Bisnis Indonesia

Menurut saya, dimasa pandemic ini sistem belajar daring kurang kondusif dikarnakan walaupun dosen ngasih materi ke mahasiswa belum tentu semua mahasiswanya mengerti dan dosen pun tidak tahu apa yang sedang dilakukan mahasiswanya pada saat proses pembelajaran itu berjalan.

Ada penguranan biaya daftar ulang aja yang lainnya masih sama, ga worth it juga sih karena kita tidak memakai fasilitas kampus.



Karina millery

Universitas Persada Indonesia YAI

Kalo menurut saya berpengaruh, kaya penyampaian setiap dosen kemahasiswanya beda-beda. Ada yang cuma ngasih materi ke whatsapp group, ada juga yang zoom da nada juga yang kekampus seperti saya gini, karena saya kebanyakan lab.

Sebenernya sih kalau dari saya sendiri oke – oke aja kuliah online, tapi ya gitu memang  ada kekurangannya. Misal kurang fokus, pembelajaran jauh lebih sedikit materi yang disampaikan kurang, tapi itu semua balik lagi ke pribadi orangnya masing-masing si.

Paling pas awal covid kemarin sih, jangka waktu bayarannya lebih lama aja. kalo dibilang worth it atau kaga, ya ga worth it banget sih. Ya karena ga pakai fasilitas kampus.


Jamil 

Universitas Mercubuana

Sangat-sangat mempengaruhi sih. 

Kalo di Mercu kami tidak ada pengurangan biaya, tidak worth it karena biaya juga masih sama seperti tatap muka tapi kita tidak bisa memakai fasilitas kampus.


Muhammad Valensyah Alfansyuri

Universitas Mercubuana

Sangat mempengaruhi sama sekali.

Tidak ada pengurangan biaya apapun dari pihak kampus kami, tidak worth it lah, perkuliahan tidak maksimal karena seluruh praktik yang seharusnya praktik langsung menggunakan fasilitas kampus, sekarang jadi pakai fasilitas sendiri seadanya.  Biaya juga masih sama seperti kuliah biasa.


Tarti Indiryani

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Sangat mempengaruhi.

Tidak ada keringanan apapun, tentu tidak yang pertama kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring yang artinya tidak menggunakan fasilitas kampus salah satunya perpustakaan. Akan tetapi birokrasi tidak memberi potongan biaya untuk itu.

Kedua, selama KBM dilakukan secara daring mahasiswa sangat kurang memahami materi yang diberikan oleh dosen. Karena gangguan sinyal atau mungkin keterbatasan waktu untuk sesi Tanya jawab.

Ketiga, tugas yang terlalu menumpuk selama KBM sistem daring.


Riana Oktavia Prabandani

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Cukup mempengaruhi, karena banyak materi yang tidak tersampaikan dengan baik.

Tidak ada pengurangan biaya,

Tidak worth it si, karena kita tidak memakai sama sekali fasilitas kampus. Akan tetapi tidak ada pengurangan biaya.


Amelia Agdira Putri

Universitas Muhammadiyah Tangerang

Pengaruh, karena kita jadi tidak mengerti mata kuliah

Tidak ada pengurangan biaya

Jelas tidak worth it, karena emang kita hampir sudah setahun ini belajar sistem daring. Boros kouta, tiap hari harus beli kouta.


Charoline Az Zahra

Universitas Esa Unggul

Menurut saya sangat mempengaruhi, karena penjelasan materi secara virtual itu tidak efisien dan susah dipahami. Pertama kalau koneksi internet buruk, batrai habis, dan mati listrik membuat kita tidak bisa mengikuti pembelajaran. Dan juga pada saat diskusi dosen dengan mahasiswa yang lebih bicara dominan dosen disbanding mahasiswanya.

Kampus tidak memberi keringanan, tidak worth it juga si sistem belajar yang masih acak-acakan hanya terbantu oleh elearning yang kebanyakan hanya berisi kuis dan tugas tugas biasa. Dan juga tidak semua dosen mengadakan zoom atau pembahasan mengenai materi, sisanya tugas numpuk dengan deadline yang mepet dan materi yang masih belum paham.


Nurul Salma Sudrajat

Universitas Nasional

Iya, mempengaruhi dalam fokus saat penerimaan mata kuliah

Tidak ada pengurangan biaya apapun. Jelas tidak worth it, karena saya merasa tidak menggunakan fasilitas tersebut bahkan saya harus mengeluarkan uang 2x lipat untuk membeli kouta internet.


Nurul Pratiwi

LP3I

Yes, of course

Because at home it is move difficult focus

No, there is no deduction of any costs. 

Yes, because at my campus, we get quota money every month.


Aditya ramadhan junaidi

STISIP Widuri

Menurut saya pribadi, belajar daring(online) sangat mempengaruhi. Yang dimana biasanya kita belajar tatap muka namun disaat pandemic covid – 19 digantikan dengan cara belajar online. Sangat berbeda sekali dengan belajar tatap muka apalagi banyak faktor yang mempengaruhi minat kita sebagai mahasiswa dalam belajar online, faktornya itu malas, masalah internet, gadget dan sebagainya. yang biasa mudah dipahami dalam belajar tatap muka tapi sekarang berbeda sangat sulit sekali belajar online.

Ga worth it si, karena ga sesuai banget dengan pembelajaran yang kita dapat apalagi sering sekali kita hanya diberikan materi namun tidak dijelaskan isi dari materi tersebut, yang dimana membuat mahasiswanya tidak mengerti.


Regita maulidya Cahyani

Universitas Esa Unggul

Mempengaruhi, apalagi saya anak broadcasting yang seharusnya banyak kegiatan offline dibandingkan online.

Tidak ada pengurangan biaya, 

Tidak worth it si, karena seharusnya kami bisa melakukan kegiatan melalui fasilitas yang tersedia di dalam kampus tetapi kami tidak mendapatkan fasilitas tersebut.


Muhammad saiful arif

Universitas Esa Unggul

Sangat mempengaruhi,  terkadang terbawa rasa malas.

Tidak ada.

Menurut saya tidak, karena saya tidak menggunakan fasilitas kampus.


Erna 

Universitas Bina Sarana Informatika

Mempengaruhi  sih pasti, tapi kalo biasa pengaruhnya kearah lebih baik walaupun sistem seperti ini tetap ada sisi positifnya, kaya menghemat uang saku paling uang yang dikeluarkan untuk uang ukt saja. Mempengaruhi disini lebih kea rah materi perkuliahan, jujur selama satu semester ini saya tidak merasa puas dengan perkuliahan saya. Karena dosennya jarang mengadakan kelas online, hanya cenderung ngasih tugas dan memperingatkan untuk absen saja. Dari sini sih jadi ngerasa agak kesusahan untuk mengerti tentang teori atau pembelajaran mengenai jurusan yang saya ambil. Ya mau gamau saya harus belajar lagi sendiri dan kalau merasa kesusahan sesekali saya baru whatsapp dosen untuk diskusi. Dari online ini jujur jadi aga menyepelekan kuliah si, yakarena dengan sistem kaya gini ngebuat jadi males banget. Toh Cuma buat ngerjain tugas sama absen, repeat.

Tidak ada pengurangan biaya,

Tidak, ukt saya berada dibawah angka 5 juta kebawah. Ya mungkin buat sebagian orang ada yang bilang murah dan sebaliknya. Tapi itu menurut saya tetap tidak worth it, karena umumnya sih ya prihal ketika kita tidak bisa menikmati fasilitas kampus karena pandemic.


Lisa Nur Fiyani

Akademi Telkom Jakarta

Iya, karena terkadang sinyal buruk sering mempengaruhi saat melakukan vidcall dengan dosen di ms team, zoom ataupun Gmeet dan kita pun sebagai mahasiswa jadi ga terlalu memahami materi yang disampaikan oleh dosen.

Ya ada,

tapi masih tetap tidak worth it, karena selama pandemic ini tidak bisa menggunakan fasilitas kampus.


Luthfi Audila

Akademi Telkom Jakarta

Ya sanga berpengaruh karena bergantung pada beberapa hal.

Ya ada,

50/50 sih kalo menurut aku, walaupun tidak bisa menggunakan fasilitas kampus tapi pembayaran uang kuliah ada pengurangan.


Putri Utami

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sangat berpengaruh sekali, karena jadi tidak mudah untuk memahami materi. Semua terbatas oleh waktu materi ataupun pengalaman saat dilakukannya praktik.

Ya ada,

Tidak karena hanya beberapa persen saja yang dikurangi, tidak sebanding dengan apa yang kita dapatkan. Seharusnya bisa lebih balanced sih.


Menarik kesimpulan diatas beberapa mahasiswa diatas mengatakan sulit belajar daring, jadi lumayan agak terganggu dikarenakan masih banyak beberapa point permasalahan yang mempengaruhi daring ini, sebagian besar mahasiswa diatas mengatakan tidak puas dengan pihak kampus yang telah memberikan ataupun tidak memberikan kewenangan.

Sedikit saran, walaupun belajar daring tapi setidaknya kita harus lebih objektif lagi dalam pembelajaran. Kalau tidak ada yang dimengerti jangan malu untuk bertanya dan juga kalau bisa memperbanyaklah membaca materi yang sudah diberikan oleh dosen, walau dosen tidak menjelaskan kita baca kalau tidak mengerti kita tanyakan kepada dosen yang bersangkutan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wawancara pak Prof. Dr. Robert M. Z. Lawang

Rabu, 17 juni 2020, 13:25. Saya melakukan wawancara dengan Pak Prof. Dr. Robert M. Z. Lawang. Beliau adalah selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIP Widuri), namun wawancara kita ini melalui sebuah aplikasi Komunikasi WhatsApp dikarnakan suasana yang sekarang ini tidak mendukung yah. Sumber : Profil WhatsApp Penulis : Andryan Prasetia Prof.  Dr. Robert .M.Z Lawang Beliau adalah Guru Besar UI (Universitas Indonesia)   Mengembangkan dan  Mengamalkan Ilmu untuk Pengembangan Masyarakat Desa  Kepakarannya di bidang Sosiologi Modern dibuktikannya dengan berbagai  kegiatan pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan bidang tersebut, seperti  sebagai konsultan irigasi untuk Irrigation Service Fee (The World Bank) pada 1989- 1994, sebagai peneliti tentang konflik tanah di Manggarai (dengan Pemda Manggarai)  pada 1995, konsultan demografi (ADB Grant) pada 1997, serta sebagai konsultan untuk  Urban Air Quality (Grant ADB) pada 2006.  Prof. Lawang

Sejarah Tercetusnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1929

Setiap tahun pada tanggal 28 oktober, Indonesia memperingati hari sumpah pemuda. Tercetusnya sebuah sumpah yang diikrarkan para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Hari ini tepat 92 tahun lalu, berlangsungnya Kongres Pemuda II yang menjadi pemicu lahirnya Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda lahir dalam sebuah pertemuan yang disebut sebagai Kongres  Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928 dan sebelumnya terjadi Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926. Sumpah Pemuda baru lahir dua tahun kemudian. Pada 1928, Moh Yamin menerbitkan sebuah kumpulan sajak yang baru berjudul Indonesia, Tumpah Darahku. Itu menunjukkan perubahan kesadaran para pemuda. Hasil dari kongres tersebut menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda, Yakni : Pertama: Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjo